Pinalti.news - Inter Milan dan Barcelona kembali bertemu, kali ini di Giuseppe Meazza/San Siro, untuk leg kedua semifinal Liga Champions 2024/2025. Setelah duel dramatis di Estadi Olimpic, segalanya masih terbuka lebar.
Laga pertama menyuguhkan pertarungan epik dengan enam gol tercipta. Inter unggul lebih dulu, tapi Barcelona bangkit dan memaksakan hasil imbang 3-3.
Simone Inzaghi dan Hansi Flick kini bersiap untuk episode kedua yang lebih menentukan. Kick-off dijadwalkan pada Rabu, 7 Mei 2025, pukul 02.00 WIB.
Hanya satu dari mereka yang akan melangkah ke partai final di Allianz Arena, Munchen.
Kilau Bintang Muda dan Mimpi yang Terjaga
Laga di Spanyol dilabeli sebagai salah satu laga klasik Liga Champions. Barcelona sempat tertinggal 0-2 dan 2-3, tapi bangkit lewat aksi memukau pemain muda.
Lamine Yamal tampil gemilang dan mencatatkan diri sebagai pencetak gol termuda dalam sejarah semifinal Liga Champions. “Dia adalah talenta yang datang setiap 50 tahun sekali,” puji Inzaghi, seperti dilansir situs resmi UEFA.
Sebelumnya, Marcus Thuram membuka laga dengan gol tercepat dalam sejarah semifinal UCL—hanya 30 detik. Dua gol Denzel Dumfries dari bola mati sempat membawa Inter unggul sebelum Raphinha menyamakan skor lewat tembakan keras yang mengenai mistar dan punggung Yann Sommer.
Taktik, Mentalitas, dan Penebusan
Barcelona sadar mereka harus lebih sigap dalam mengantisipasi bola mati. Frenkie de Jong menegaskan bahwa hal itu akan jadi fokus utama timnya menjelang laga penentu.
Simone Inzaghi juga menyiapkan rencana untuk meredam ancaman Yamal, tapi mengakui hal itu bukan perkara mudah. “Kami tahu pentingnya pertandingan ini. Kami butuh Inter yang waspada dan jernih dalam berpikir,” kata Inzaghi.
Di sisi lain, para pemain Inter punya ambisi pribadi untuk menebus kekalahan di final 2023. “Grup ini percaya diri, mereka ingin menang, dan menunggu pertandingan ini dengan penuh semangat,” tambah sang pelatih.
Mimpi Menuju Munchen
Bek Inter, Alessandro Bastoni, menyadari timnya masih punya ruang untuk perbaikan. “Kami sudah banyak menonton video Barcelona, tapi bermain langsung melawan mereka adalah hal berbeda,” ujarnya.
“Kami melakukan beberapa kesalahan dalam umpan yang berujung peluang bagi mereka. Kami bisa berkembang, dan kami belajar dari leg pertama,” lanjut Bastoni.
“Sekarang, kami tinggal dua laga lagi dari gelar Liga Champions. Kami akan memberikan segalanya,” tutupnya dengan optimisme.
Optimisme di Kubu Blaugrana
Barcelona datang dengan modal positif, baik dari performa maupun atmosfer tim. Pelatih Hansi Flick mengatakan bahwa perjalanan timnya musim ini penuh kejutan.
“Saat musim dimulai, tak ada yang tahu sejauh apa kami bisa melangkah. Kami sudah meraih dua gelar dan para pemain terus berkembang seiring berjalannya musim,” ungkap Flick.
“Kami harus menikmati semifinal ini, bermain dengan kegembiraan, dan menunjukkan kepada semua orang betapa bagusnya kami,” tutup sang pelatih asal Jerman.
Persatuan dalam Perbedaan Generasi
Kebersamaan jadi kekuatan utama Barcelona sejauh ini. Dani Olmo menggambarkan ruang ganti sebagai tempat yang penuh semangat positif.
“Rasanya seperti pesta. Pemain muda menghilangkan tekanan dan para pemain senior memberi arahan,” katanya.
“Kami adalah grup yang hebat dan semua ingin menang. Saat kami mengalahkan rival-rival, itu berkat kerja keras dan kekompakan tim,” pungkas Olmo.
Sumber: Bola.net