Pinalti.news - Sinar mentari belum terbit di kota Milan saat ribuan tifosi Inter Milan menyanyikan dukungan di luar Stadio Giuseppe Meazza. Mereka tahu, musim ini bukan sekadar mimpi—ini tentang keyakinan yang tak tergoyahkan. Inter Milan kembali ke final Liga Champions dan selangkah lagi menuju gelar keempat mereka.
Untuk kedua kalinya dalam tiga musim terakhir, Inter melangkah hingga panggung puncak kompetisi elite Eropa. Sebuah bukti bahwa bukan hanya warisan masa lalu yang membawa mereka ke sini, tetapi kerja keras dan karakter. Di balik lencana biru-hitam, tersembunyi tekad yang dibangun dari luka-luka masa lalu.
Final nanti akan digelar di Allianz Arena, Munchen, Jerman. PSG menjadi lawan di partai yang bakal bergulir pada Sabtu dini hari, 1 Juni 2025 pukul 02.00 WIB—pertarungan dua tim terbaik Eropa musim ini.
Ujian Awal di Fase Liga
Sejak peluit pertama musim berbunyi, Inter langsung mengirim sinyal bahaya kepada seluruh Eropa. Simone Inzaghi membentuk tim dengan pondasi kuat di belakang dan transisi kilat ke depan. Kombinasi Lautaro Martinez dan Marcus Thuram di lini serang memberi warna baru.
Sementara itu, Federico Dimarco dan Denzel Dumfries menjadi ancaman dari sisi sayap. Mereka bermain efektif, mencetak 11 gol dan hanya kebobolan sekali di fase liga. Meski finis di posisi keempat berdasarkan selisih gol, mereka menyamai poin Barcelona dan Arsenal.
Di fase ini, Inter melewati laga-laga penting: menang atas Arsenal, Leipzig, hingga AS Monaco, serta hasil imbang di markas Manchester City. Hanya sekali kalah, yakni dari Bayer Leverkusen—sebuah cedera kecil dalam perjalanan panjang.
Langkah demi Langkah Menuju Partai Puncak
Babak 16 besar mempertemukan mereka dengan Feyenoord. Inter tampil percaya diri, menang agregat 4-1 lewat kemenangan tandang 2-0 dan 2-1 di San Siro. Sebuah kemenangan bersih yang mengukuhkan status mereka sebagai kandidat kuat.
Di perempat final, Bayern Munchen menanti. Menang 2-1 di Allianz Arena jadi kunci sebelum menahan imbang 2-2 di kandang. Inter pun melangkah dengan kepala tegak.
Laga semifinal menghadirkan drama tak terlupakan. Barcelona sempat membalikkan keadaan di menit-menit akhir, tapi Francesco Acerbi memaksa extra time. Davide Frattesi lalu menorehkan namanya dalam kisah agung San Siro lewat gol penentu kemenangan.
Statistik yang Menjelaskan Segalanya
Empat belas laga mereka lewati dengan sepuluh kemenangan, tiga kali imbang, dan hanya satu kekalahan. Mereka mencetak 26 gol dan hanya kebobolan 11 kali. Pertahanan kokoh dan serangan efisien menjadi fondasi prestasi ini.
Lautaro Martinez menjelma sebagai pemimpin sekaligus top skor dengan sembilan gol. Menyusul di belakangnya, ada Hakan Calhanoglu dan Marcus Thuram dengan empat gol, serta kontribusi penting dari Dumfries, Frattesi, hingga pemain-pemain pelapis seperti Taremi dan Arnautovic.
Di antara semua statistik, tujuh clean sheet jadi angka paling berbicara. Inter bukan sekadar tim yang mencetak gol, mereka tahu cara menjaga kemenangan.
Allianz Arena Menanti
Kini, Allianz Arena bukan sekadar tempat netral. Ia akan menjadi panggung sakral, tempat sejarah bisa ditulis ulang.
Inter datang bukan hanya untuk bermain, tetapi untuk menang. Gelar keempat, yang pertama sejak era treble 2010, sudah berada dalam jangkauan.
PSG tentu bukan lawan mudah, tapi Inter sudah melewati medan yang lebih berliku. Mereka tahu bagaimana caranya bertahan dalam badai dan bagaimana mengubah tekanan jadi kekuatan.
Inter Milan - Road to Final
Fase Liga:
- Manchester City 0-0 Inter
- Inter 4-0 Red Star
- Young Boys 0-1 Inter
- Inter 1-0 Arsenal
- Inter 1-0 RB Leipzig
- Bayer Leverkusen 1-0 Inter
- Sparta Praha 0-1 Inter
- Inter 3-0 AS Monaco
Babak 16 besar (Agregat 4-1):
- Feyenoord 0-2 Inter
- Inter 2-1 Feyenoord
Perempat final (Agregat 4-3):
- Bayern 1-2 Inter
- Inter 2-2 Bayern
Semifinal (Agregat 7-6):
- Barcelona 3-3 Inter
- Inter 4-3 Barcelona - extra time
Statistik
- Total Pertandingan: 14
- Menang: 10
- Seri: 3
- Kalah: 1
- Gol: 26
- Kebobolan: 11
- Clean sheet: 8
Top skor
- 9 gol: Lautaro Martinez
- 4 gol: Hakan Calhanoglu, Marcus Thuram
- 2 gol: Denzel Dumfries, Davide Frattesi
- 1 gol: Francesco Acerbi, Benjamin Pavard, Marko Arnautovic, Mehdi Taremi
Final nanti bukan hanya tentang trofi. Ini tentang pembuktian bahwa Inter bukan cerita nostalgia, melainkan kisah besar yang sedang ditulis ulang di masa kini.
Sumber: Bola.net