![]() |
Selebrasi Mason Mount dkk. dalam laga semifinal Liga Europa antara Manchester United vs Athletic Bilbao, Jumat (9/5/2025). (c) AP Photo/Dave Thompson |
Pinalti.news - Kekalahan Manchester United di final Liga Europa bukan sekadar tamparan, melainkan alarm yang membuktikan perlunya perubahan drastis. Micah Richards dan Alan Shearer, dua mantan pemain Premier League, secara gamblang menyoroti kebutuhan MU akan perombakan skuad menyeluruh.
Ruben Amorim yang diharapkan bisa membawa angin segar justru terlihat bingung dengan sistemnya sendiri. Alih-alih menyelamatkan musim lewat trofi Liga Europa, kekalahan dari Tottenham malah semakin menegaskan betapa tertinggalnya Setan Merah saat ini.
Dengan rencana transfer musim panas yang sudah disiapkan, termasuk pembelian Matheus Cunha senilai £62.5 juta, langkah MU masih dinilai setengah hati oleh para analis. Padahal menurut Shearer, masalah MU jauh lebih kompleks dari sekadar membeli striker baru.
Empat Posisi Vital yang Harus Dirombak Total
![]() |
Skuad Manchester United usai laga Premier League versus West Ham, Minggu (11/5/2025). (c) AP Photo/Ian Hogdson |
Shearer tak segan menyebut MU perlu membangun ulang dari fondasi. "Mereka butuh kiper baru karena yang ada sekarang tak cukup meyakinkan, plus bek tengah yang lebih solid," ujarnya di podcast The Rest is Football.
"Di lini tengah kreativitas mereka mandek, sementara di depan butuh striker top yang benar-benar bisa diandalkan," tambahnya.
Richards melengkapi analisis tersebut dengan sorotan khusus pada posisi bek sayap. Menurutnya, Diogo Dalot yang dibeli £19 juta itu hanya tampil baik sesekali, tapi konsistensinya jauh dari harapan.
"Sistem wing-back MU membutuhkan pemain dengan crossing akurat, sementara yang ada sekarang seringkali salah waktu dalam mengirim bola," jelasnya.
Sistem Amorim Justru Membelenggu Pemain
![]() |
Ruben Amorim pada laga Athletic Bilbao vs Manchester United di Liga Europa 2024/2025 (c) AP Photo/Miguel Oses |
Yang lebih mengkhawatirkan, Richards melihat sistem Amorim justru menjadi bumerang. "Lihat saja Hojlund yang sering kekurangan asupan di depan, atau Bruno Fernandes yang harus bekerja keras sendirian," ujarnya.
"Ini bukan masalah kualitas pemain, tapi sistem yang justru membatasi potensi mereka," lanjutnya.
Dia pun meragukan MU bisa menarik pemain top musim panas ini. "Dengan gaya bermain seperti sekarang, pemain bintang pasti berpikir dua kali sebelum bergabung," tambah Richards yang melihat masalah ini lebih serius dari sekadar kekalahan satu final.
Di Tengah Kritik, Tottenham Layak Diapresiasi
Jika MU mendapat kritik pedas, Richards justru memuji kematangan Tottenham. "Meski permainannya jauh dari bagus, Ange Postecoglou berhasil menyesuaikan taktik dan menemukan formula kemenangan," akunya.
"Final ini mungkin termasuk yang terburuk yang pernah saya tonton, tapi Tottenham tak peduli. Yang penting trofi akhirnya bisa dibawa pulang setelah 17 tahun penantian," tutup Richards.
Sumber: Bola.net